seperti kayu bakar yang merelakan dirinya untuk membuat kehangatan di tengah gelapnya malam. Mungkin itu adalah metafora yang dapat menggambarkan sosok mu ummah. Ummah yang rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk kebahagiaan anak-anaknya. Berusaha menjadi tempat ternyaman untuk anaknya bercerita tentang keluh kesah padahal jika dibandingkan beban sang anak jauh lebih ringan dari pada yang ummah pikul. Perhatian tulus yang diberikan yang kadang ditanggapi tak elok oleh sang anak tapi tetap berlapang dada.
Terimakasih dan maaf mungkin hal aku bisa ucapkan lewat surat ini.
Maaf karna Tak sanggugp aku berkata langsung kepada ummah.
Bingung aku kalau disuruh berbicara dekat seperti ini.
Maaf juga jarak yang sekarang aku buat ini, pergi merantau ke tempat yang jauh dan tidak pulang lebih dari 2 tahun sengaja aku buat untuk aku belajar tentang arti rasa rindu dan memupuk rasa sayang. Tinggal menghitung bulan mungkin kuliah ku akan selesai dan bisa kembali pulang. Tak sabar aku menunggu waktu itu.
Ku akhiri surat ini dengan ucapan
Terimakasih dan maaf
Dari anak kedua